Written by 1:02 am Bacarita, Featured, Labuan Bajo

Elang Bullu Raja

Ditengah terik matahari menyengat, ada awan hitam yang sekedar numpang lewat di langit Labuan Bajo. Dari balik pepohonan di puncak Bullu Raja, mendadak muncul seekor burung elang yang sedang bermain-main menunggangi angin. Naik ke atas, mundur dikit, menyusup ke bawah, lalu muncul dengan pisang goreng dan kopi #eh.

Setelah tinggal di bawah kaki bukit kecil tengah kota Labuan Bajo, yang sering disebut bukit pramuka – dan belakangan saya baru tau kalo warga Bajo di pesisir sudah lama menyebut bukit kecil ini sebagai “Bullu Rajja atau Gunung Raja”, Bullu dalam bahasa Bajo artinya Gunung, dan Rajja artinya raja. “Dulu ada program penananaman Lamtoro, dan kegiatan pramuka hingga kemudian nama bukit ini lebih disebut sebagai Bukit Pramuka, tapi kalau kami orang bajo umur 30-an keatas masih menyebutnya Bullu Raja” kata Ustadz Loloraif Madide di obrolan grup Whatspp berapa hari lalu.

Sebelumnya, sepanjang pengetahuan yang saya ingin tau (kalo saya ndak ingin tau ya udah, skip sgala perkara) kawasan bukit kecil ini semacam menjadi rumah dari segerombolan monyet liar. Entah bagaimana mulanya para monyet berkumpul dan menguasai bukit kecil ini.
Seringnya, monyet-monyet ini terlihat turun mendekati hotel yang dibangun di bagian selatan bukit. Ada banyak laporan yang tidak dicatat oleh para peneliti jaman Kerajaan, jaman Belanda ataupun jaman milenium ini tentang monyet-monyet yang meloncat dari dahan-dahan pohon menuju jendela kamar hotel yang berlokasi di Pantai Pede. Berapa kali, saya berjumpa dengan kawanan monyet di parkiran motor hotel itu. Berapa kali juga cuma liat gerombolan ini main di pepohonan memakan indomie, biskuit atau sisa makanan yang mereka temukan.

Disebelah utara Bukit, ada perkampungan dari kawasan pantai sampai dekat jalan raya yang cukup ramai, terkadang gerombolan monyet ini turun ke sisi ini. Namun, tidak sering, berapa minggu lalu bersama si kembar. Kami sempat nongkrong depan rumah menonton gerombolan monyet yang turun bermain diatap rumah tetangga.

Selain, kawanan monyet, buat saya, bukit kecil ini adalah surga burung. Jang bayangkan burung bagus-bagus kaya cendrawasih, kakatua ato garuda atau tambah komodo. Ga sampe segitu la ya.

Memperhatikan burung bukanlah favorit saya. Setidaknya, sejak kenal om Yovie Jehabut pengelola Blog JagaRimba berapa waktu lalu, saya jadi suka memperhatikan ‘burung-burung’ yang berseliweran di berbagai tempat. Ketertarikan pertama terhadap burung di Labuan Bajo adalah saat melihat Burung Elang terbang rendah diatas Kota. Setidaknya, dengan terbang yang rendah, si Elang merasa cukup aman untuk bermanuver mencari mangsa tanpa khawatir gangguan manusia di kota kecil yang cukup sibuk ini.

Dari burung elang ini kemudian lebih memperhatikan berbagai burung dan di Bukit Pramuka, terasa ada surga yang tersembunyi ekosistem burung. Saat Bulan Juli 2019, tahun lalu, saya sedikit merasa aneh karena pada pagi hari suara-suara burung begitu berisik. Entah berbeda atau tidak. Tapi intensitas keributan sangat lain dari dibandingkan hari lainnya.

Saya kemudian mengirim pesan singkat ke Om Yovie, “Om, ini lagi musim apa? Kenapa suara burung berisik sekali brapa waktu belakangan ini?” dan balasan saya terima “Iyaaa…ini burung pada slesai menetas. Mereka pada latih terbang atau mencari makan untuk anak-anak om Almas. Terus sudah masuk musim kemarau, cadangan air di rumput2 menipis, mereka jadi main di pohon-pohon dan lingkungan dgn cadangan yang ckup. Kalo om Almas taruh air rutin tepi semak, akan banyak burung datang minum“.

Jawaban ala pegadaian dari om Yovie telah menyelesaikan masalah tanpa masalah dengan jelas dan tuntas terkait keriuhan pagi di Bulan Juli. Sejak itu, saya pun rajin menyimak suara burung. Paling berisik sejak subuh juaranya dipegang raja udang, kesukaan nongkrong di pohon jati kering depan rumah bibi penjual gorengan. Dengan suara mirip jekerik kasar – entahlah – selalu sukses bikin pagi ribut.

Agak siang dikit, srigunting melipir-lipir diantara pepohonan mangga sebelum lenyap dibalik dedaunan. Yang kedengaran cuma suaranya aja yang lumayan merdu. Saat matahari makin hangat, giliran gerombolan burung pipit atau apalah yang kecil-kecil itu melipir dari satu pohon ke pohon lain.

Dan selesai makan siang. Burung Elang mulai patroli diatas Bukit Pramuka, sempat saya melihat satu pasang elang dan dua ekor elang muda bermain-main menaiki angin di puncak bukit, dan mungkin saja ada tempat hinggap diatas sana karena mereka selalu turun menyusup ke dalam pepohonan. Saya belum tertarik atau setidaknya belum berniat sungguh-sungguh untuk naik ke atas, mungkin tunggu om yovie atau sapa gitu. Biar naik ga hanya bengong aja. Kan ga enak juga kalo naik ke atas, lalu bengong diatas puncak sendirian.

Dan hari ini (red kemaren), jelang hujan saya melihat elang ini muncul. saya videokan, lantas saya ingin memberi nama Elang Bulu Rajja, sesuai tempat yang sering dia kunjungi. Ada berapa ekor elang yang selalu muncul di langit Labuan Bajo, namun tempat favorit mereka ketika siang hari, selain terbang rendah keliling kota, lebih banyak bermain angin diatas puncak Bullu Rajja ini, jika sore hari, mereka senang terbang ke perairan depan pulau Bajo, tepatnya depan hotel Meruorah kampung ujung mencari ikan. Dan setelah sekian lama ga memperhatikan mereka. Melihat elang ini muncul mendadak kaya berasa sedih. Bukan apa-apa, berapa waktu lalu terbetik kabar pemerintah telah menandatangani MoU dengan pihak swasta yang akan mengembangkan bukit pramuka menjadi sebuah destinasi Baru.

“Bukit Pramuka didesain semewah mungkin dengan anggaran yang disiapkan hampir Rp1 triliun murni milik swasta. Karena istimewa makanya disebut destinasi baru,” ujar Bupati Manggarai Barau, Kamis 6 Januari 2022. Detailnya silahkan cek ke informasi berita ini.

Dengan pembangunan ini saya ga tau apakah burung elang ini masih akan patroli sambil mengawasi teluk bajo atau tidak, gerombolan monyet mungkin juga akan melipir ilang atau bisa saja pihak pembangun akan hati-hati menjaga agar monyet-monyet tetap ada hingga bisa menjadi atraksi lain bagi turis yang tinggal di area ini. Ekosistem burung mungkin akan sedikit terganggu, setidaknya di berapa hotel pinggir pantai Labuan Bajo, pepohonan yang ditanam menjadi tempat bersarang burung-burung kecil, entah soal raja udang atau elang. Karena bukan ahli dalam bidang perburungan ini, maka saya ga bisa ambil kesimpulan. Setidaknya mulai bulan juli tahun ini, mari bersiap datangnya pesta para burung di Bullu Raja, mengikuti pelatihan penerbangan dan tali temali di awasi oleh Elang Bullu Raja.

(Visited 3 times, 1 visits today)
Close